HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan

HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan - Hallo sahabat Berita Indonesia Hari Ini, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Pelantikan Presiden 2019, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan
link : HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan

Baca juga


HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan

Jokowi dan Prabowo kembali bertemu sebelum pelantikan presiden dan wakil presiden. Dalam pertemuan itu, Jokowi dan Prabowo tampak mesra saat keduanya bertemu di Istana Merdeka pada Jumat, 11 Oktober 2019.

Keduanya pamer kemesraan setelah berbincang 45 menit di ruang Jepara. Senyum merekah dari wajah Jokowi dan Prabowo.

Jokowi mengaku membahas sejumlah hal dengan Prabowo yaitu, soal ekonomi, ibu kota baru, dan masalah koalisi. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku membahas banyak soal kemungkinan Partai Gerindra masuk koalisi pemerintah.

Prabowo menyatakan siap membantu pemerintahan Jokowi 5 tahun ke depan.

Sehari setelah pertemuan itu, Prabowo mengumpulkan kader Gerindra di Hambalang. Di sana, Prabowo meyakinkan kadernya untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Untuk mewujudkan kerjasama itu, Prabowo menyerahkan konsepsi berjudul "big push" atau "dorongan besar" untuk ekonomi Indonesia terkait ketahanan pangan, energi, dan pertahanan-keamanan kepada Jokowi.

Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Prabowo mempersilakan Jokowi menggunakan konsep tersebut dengan atau tanpa melibatkan ia dan Gerindra.

"Prabowo dan Gerindra mempersilakan namun bila tidak kami akan tetap bekerja sama untuk kepentingan NKRI," kata Dahnil menirukan Prabowo.

Selain itu, Prabowo memutuskan untuk tetap menjaga kerukunan kehidupan berbangsa dan bernegara, bersilaturahim, dan berkomunikasi untuk musyawarah mufakat.

Wakil Ketua Umum Gerindra, Edhy Prabowo menyebut Jokowi menerima dengan positif gagasan Gerindra terkait ketahanan pangan, energi, sumber daya, keamanan dan pertahanan. Namun, Edhy tidak menjawab tegas apakah betul Gerindra dipastikan mendapatkan kursi menteri pertanian oleh Jokowi.

Edhy menyebut, Gerindra tahu posisi sebagai partai yang kalah dalam Pilpres 2019.

"Pak Prabowo saya yakin sangat tahu posisinya gimana dan beliau selalu menyampaikan kalau memang diajak di dalam siap, kalau pun memang di luar juga tidak masalah, kami juga siap sebagai penyeimbang untuk menyuarakan apa yang kami selama ini lontarkan, gagasan-gagasan kami kepada publik," ucap Ketua Fraksi Gerindra DPR itu.

Meski demikian, Prabowo sudah mempersiapkan Edhy Prabowo sebagai kandidat calon menteri Jokowi.

Direktur Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas menilai konsep ekonomi yang diserahkan Prabowo ke Jokowi cukup baik. Secara khusus, kata dia, Jokowi bisa mengambil beberapa konsep kebijakan di sektor pertanian dan peningkatan produksi pangan.

"Usulan Gerindra soal ini terkait dengan manajemen dan realokasi lahan. Tentu itu mengandaikan pemerintah bisa menarik investasi yang cukup besar untuk menyiapkan lahan-lahan yang sementara ini kurang produktif menjadi lahan pertanian tanaman pangan," kata dia kepada Liputan6.com

Konsep ini, kata dia, bisa dijalankan oleh pemerintahan Jokowi jika memiliki keinginan politik dan strategi ekonomi yang kuat. "Terlepas apakah Gerindra masuk koalisi Jokowi atau tidak," tandas Sirojudin.

Sementara, Peneliti dan pengamat politik Centre because Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes justru berpendapat lain. Bergabungnya Gerindra dan partai pendukungnya dengan Jokowi justru buruk bagi demokrasi. Bukan berarti, kata Arya, koalisi gemuk menunjukkan rekonsiliasi. 

"Koalisi gemuk punya banyak kepentingan dan punya banyak persoalan," kata Arya kepada Liputan6.com.

Misalnya, kata dia, jalur komunikasinya jadi lebih panjang, friksi di internal juga bakal banyak terjadi. "Nggak jaminan juga kebijakan-kebijakan pemerintah akan disetujui oleh parlemen dengan koalisi yang gemuk ini," kata tandas Arya.

Terimakasih telah membaca berita tentang HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan. Jangan lupa share dengan hepi. Salam berita indonesia hari ini
sumber lengkap : https://www.liputan6.com/news/read/4089207/headline-elite-parpol-di-pelantikan-presiden-2019-tak-sekadar-menyejukkan-tapi-merekatkan


Demikianlah Artikel HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan

Sekianlah artikel HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan dengan alamat link https://beritaindonesiahari-ini.blogspot.com/2019/10/headline-elite-parpol-di-pelantikan.html

0 Response to "HEADLINE: Elite Parpol di Pelantikan Presiden 2019, Tak Sekadar Menyejukkan Tapi Merekatkan"

Posting Komentar